Minggu, 30 Maret 2014

Apa Itu Kamma?

Secara harfiah, istilah pali “kamma” berarti tindakan atau perbuatan. Semua tindakan yang disengaja, baik secara mental, verbal, maupun fisik, dianggap sebagai kamma. Hal ini meliputi semua yang termasuk dalam ungkapan “pikiran, ucapan, dan perbuatan”. Dalam pembicaraan umum, semua tindakan baik dan buruk disebut sebagai kamma. Akan tetapi dalam pengertian sebenarnya, kamma berarti semua kehendak yang bermoral maupun yang tidak bermoral. Tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja, diluar kemauan, atau tanpa disadari, meskipun secara teknis dinyatakan sebagai perbuatan, tidak termasuk kamma karena kehendak –faktor terpenting dalam menentukan kamma- tidak ada. Sang Buddha berkata : “Aku nyatakan, oh para Bhikkhu, bahwa kehendak adalah kamma. Dengan memiliki kehendak, seseorang melakukan perbuatan melalui badan jasmani, ucapan, dan pikiran”. (Ańguttara Nikāya)
Semua perbuatan disertai kehendak yang dilakukan oleh satu individu disebut Kamma. Pengecualian terjadi untuk para Buddha dan Arahat karena mereka telah terbebas dari kebajikan dan kejahatan; mereka telah sepenuhnya menghancurkan ketidaktahuan dan kemelekatan yang merupakan akar dari kamma.
Dalam Ratana Sutta, Sutta Nipāta dinyatakan: “Dengan musnahnya semua bibit-bibit penjelmaan (Khińā bija); nafsu untuk memuaskan diri sendiri telah berakhir padam.” Hal ini tidak berarti bahwa para Buddha dan Arahat bersifat pasif. Mereka tanpa kenal lelah terus-menerus bekerja untuk kesejahteraan dan kebahagiaan semua mahluk. Tindakan yang mereka lakukan biasanya diterima sebagai kebajikan atau moralitas, bukan perbuatan yang berdasarkan kepentingan diri sendiri. Dengan memahami segala sesuatu sebagaimana adanya, mereka telah menghancurkan secara total belenggu alam semesta –yaitu rangkaian sebab dan akibat.
Kamma tidak hanya berarti perbuatan masa lampau. Kamma meliputi perbuatan-perbuatan lampau dan perbuatan-perbuatan sekarang. Ada sebuah pengertian, kita yang sekarang adalah apa yang kita lakukan dulu; dan kita akan menjadi seperti apa yang kita lakukan sekarang. Tetapi dalam pengertian lain, harus ditambahkan bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya merupakan hasil dari apa yang telah kita lakukan dulu; dan kita yang akan datang juga tidak mutlak merupakan hasil dari apa yang kita lakukan sekarang. Saat sekarang tidak diragukan adalah hasil dari masa lampau, dan akan menentukan masa depan.
Akan tetapi saat sekarang tidak bisa dijadikan sebuah petunjuk yang benar mengenai masa lampau maupun masa depan. Demikianlah rumitnya kerja dari hukum Kamma. Salah satu contoh sebuah ajaran Kamma adalah ketika seorang ibu mengajarkan anaknya dengan berkata “Jadilah anak yang baik maka kamu akan bahagia dan kami akan mencintaimu; akan tetapi jika kamu nakal maka kamu akan tidak bahagia dan kami tidak akan mencintaimu”. Singkat kata, Kamma adalah hukum sebab akibat dalam dunia etika.
Judul asli: The Teory Of Kamma in Buddhism
Oleh: Y.M. Mahasi Sayadaw
Alih Bahasa: Marlin & Bodhi Limas
Editor: Y.M. Bhikkhu Abhipañño

Tidak ada komentar:

Posting Komentar