Pernah baca kalimat atau dengar omongan yang meninggikan agama sendiri dengan kaca mata kuda? Kenapa saya sebut dengan kaca mata kuda? Karena orang-orang tersebut cenderung memuja-muji agama pilihannya dengan merendahkan agama pilihan orang lain. Bahkan dalam konteks lebih jauh, merendahkan agama pilihan orang lain bisa dilakukan dengan tindakan nyata dalam bentuk diskriminasi hak kehidupan, kekerasan fisik sampai dengan pertumpahan darah.
Sebenarnya saya enggan membuat tulisan yang menyinggung mengenai keagamaan, karena dikhawatirkan malah memicu polemik yang tidak berkesudahan. Tapi koq ada rasa penasaran yang bergemuruh begitu kuat di dalam hati yang ingin saya tanyakan kepada mereka-mereka yang asik berkoar-koar tentang keagungan agama pilihan mereka yang disampaikan dengan kaca mata kuda tentunya. Keagungan agama pilihan mereka sudah pasti akan menghantarkan mereka kepada kehidupan surgawi nantinya, sedangkan orang lain yang memiliki agama berbeda nantinya akan berada dalam kubangan neraka. Orang yang berbeda agama adalah orang yang sudah pastimemiliki akhlak tidak baik sehingga kehidupan mereka adalah nista.
Buat saya yang seorang pengikut ajaran Dhamma Sang Buddha -yang hanya pergi ke vihara dalam hitungan jari setiap tahunnya, yang hanya memahami inti ajaran Buddha secara garis besar, yang tidak hafal paritta-paritta suci-, berikut adalah pemikiran saya :
1. Agama yang saya pilih belum tentu agama yang paling benar di dunia ini. Saya memilih untuk beragama Buddha, bukan karena orang tua saya beragama Buddha. Orang tua saya adalah penganut kepercayaan Konghucu yang tidak memiliki paham apapun mengenai ajaran Sang Buddha. Saya memilih untuk beragama Buddha karena hati saya merasa nyaman, karena saya merasa bisa menjadi manusia yang lebih baik dengan panduan hidup dalam Dhamma Sang Buddha. Inilah yang menjadi concern saya sehingga jika ada pertanyaan “Agama apakah yang paling benar & baik di dunia ini?” Maka sudah sebijaknya jika kita menjawab “Agama yang paling benar & baik adalah agama yang bisa membuat hatimu merasa nyaman dan dapat menuntunmu menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.” (Inspired by Dalai Lama)
2. Dengan pemikiran di atas, saya juga berpendapat bahwa orang yang tidak sama agamanya dengan kita belum tentu orang yang jahat dan orang yang sama agamanya dengan kita belum tentu orang yang baik {SLquote016}. Dengan memiliki pemikiran seperti ini, semoga kita tidak menghakimi kualitas seseorang hanya karena agamanya. Toh urusan menghakimi manusia baik itu karena pilihan agamanya atau karena perbuatannya di dunia, biarlah itu menjadi urusan Penciptanya saja. Yang penting saat kita masih diberi nafas, lakukan saja hal-hal positif sehingga kita benar-benar bisa memaknai arti kehidupan.
3. Menurut saya tidak ada agama yang paling mutlak benar di dunia ini. Mengapa? Karena agama-agama tersebut sudah terkontaminasi dengan ego manusia. Di agama Buddha ada aliran Theravada, Mahayana, dan beberapa aliran Buddha yang lain. Di Nasrani ada Katolik, Kristen, dan beberapa aliran Kristen. Di Islam ada Islam Sunni, Islam Syiah dan mungkin masih ada beberapa aliran Islam. Hayooo…siapa yang masih berani mengklaim agamanya mutlak paling benar, paling suci dan paling baik?
Nah jika masih ada di antara para pembaca yang ngotot bahwa agama pilihannya adalah agama yang paling benar, paling suci dan paling baik di muka bumi ini, maka mohon jawablah pertanyaan ‘simple’ saya : Jika Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Segala & Maha Tahu, seharusnya mudah saja bagiNya untuk membuat semua makhluk ciptaanNya memeluk 1 agama yang paling benar & paling baik tsb. Namun mengapa itu tidak dilakukanNya? Dan jika itu tidak dilakukanNya, apakah mungkin Sang Pencipta yang begitu welas asih sanggup hati untuk ‘menjebloskan’ makhluk ciptaanNya sendiri ke dalam neraka hanya karena manusia tersebut tidak memeluk suatu agama?
Terkait pertanyaan ‘simple’ itu juga, otak saya koq ndak nyampe ya cara berfikirnya terhadap mereka-mereka yang membenci, memusuhi bahkan membunuh manusia-manusia lain hanya karena agama? (Teng Tooooong…Tanya kenapa???) Apa sih hak mereka-mereka itu untuk mengakhiri nyawa seseorang hanya karena dalam benak mereka manusia-manusia yang tidak beragama tertentu adalah musuh Tuhan? Kalau benar manusia-manusia yang tidak beragama tertentu adalah musuh Tuhan, kan dengan mudah bagiNya untuk mengambil kembali nyawa manusia tsb (gitu aja koq repot ngotorin tangan sendiri dengan darah!).
Btw, tulisan ini dibuat bukan atas dasar memusuhi agama tertentu. Boleh share sedikit, saya itu besar justru di lingkungan non-Buddhist. Saya SD & SMP di sekolah Katolik dan SMK di sekolah negeri yang hampir seluruh siswanya beragama Islam, bahkan pernah saya adalah satu-satunya siswa sipit dan non-Muslim di kelas. Disanalah saya bisa mengenal para penganut Nasrani & Muslim yang ramah dan baik hati. Makanya saya gak percaya, ketika ada kekerasan/kejahatan atas nama agama, itu sudah pasti salah di agamanya. Menurut saya itu pasti salah orangnya (oknum), karena faktor karakter seseorang itu terbentuk bukan hanya dipengaruhi sama agama koq, tapi juga dipengaruhi sama faktor lingkungan dimana dia dibesarkan dan dia tinggal.
Okelah semoga tulisan saya ini bisa dipahami secara bijak tanpa emosi dan semoga bisa menginspirasi kita bahwa agama ada sebenarnya untuk menuntun kehidupan kita untuk menjadi lebih baik bukan malah menjadikan kita monster berdarah dingin. Sadhu, Sadhu, Sadhu.
by : http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/02/mengapa-tuhan-tidak-menciptakan-manusia-dengan-1-agama-saja-498077.html
by : http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/02/mengapa-tuhan-tidak-menciptakan-manusia-dengan-1-agama-saja-498077.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar